Ulas Bahasa
  • Beranda
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan
    • Sangkalan (Disclaimer)
    • Kebijakan Privasi
  • Artikel
    • Asal Kata
    • Inspirasi Bahasa
    • Istilah Asing
    • Kalimat
    • Kosakata
Diberdayakan oleh Blogger.

Ilustrasi menghembuskan nafas


Apakah Anda kerap mendengar orang mengucapkan kata-kata “menghembuskan nafas”? Ternyata dalam satu ungkapan itu terkandung dua kesalahan sekaligus.

Anda tentu sering mendengar atau membaca istilah 2 in 1 (two in one). Sebutan itu acap tercantum dalam kalimat-kalimat promosi di dunia bisnis. Kita akan banyak menemukan slogan ini di gerai-gerai penjualan makanan serta baliho-baliho di perempatan jalan.

Secara sederhana, istilah ini berarti dua macam barang dibungkus dalam satu kemasan. Sebut saja sebuah produk minuman sebagai contohnya. Kopi 2 in 1 berarti dalam sebuah kemasan terdapat dua macam bahan, yaitu kopi dan gula.

“Menghembuskan nafas” juga merupakan salah satu produk 2 in 1. Sayangnya, ia tak berwujud produk yang bisa dikonsumsi layaknya makanan atau minuman. Kata-kata ini menunjukkan dua macam kesalahan berbahasa Indonesia yang terjadi dalam satu ungkapan.

Kalau Anda tidak memercayai hal ini, silakan lihat KBBI. Untuk praktisnya, bukalah laman KBBI Daring. Lalu carilah makna kedua kata itu di dalamnya.

Anda akan mendapati sebuah kenyataan bahwa KBBI "enggan" memberikan keterangan tentang makna kedua kata tersebut. Ia hanya mau menunjukkan pranala (link) yang harus Anda klik agar Anda kembali ke “jalan yang benar”. Jika Anda meng-klik hipertaut itu, Anda akan mendapatkan penjelasan arti kata-kata lain yang diakui secara resmi sebagai bagian dari bahasa Indonesia.

Baca juga: HariOlahraga Nasional dan Makna Kata Olahraga

Pencarian Makna Kata Hembus dan Nafas

Berikut ini merupakan keterangan yang diberikan oleh KBBI Daring menyangkut masing-masing bagian ungkapan yang “tidak diinginkan” itu.

1. Hembus

Ketika Anda mencari arti kata hembus melalui kolom pencarian KBBI Daring, Anda tidak akan menemukannya. Kamus kepunyaan Badan Bahasa itu akan mempersilakan Anda menuju sebuah kata lain yang merupakan kata baku yang Anda cari. Kata yang disodorkan KBBI adalah embus.

KBBI telah menetapkan dua makna atas kata embus. Makna pertama adalah enyah atau pergi. Contoh penggunaannya dalam kelimat misalnya, “Embus kau dari sini.”

Sepertinya kata embus jarang sekali digunakan dalam bahasa kita, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Saya merasa agak ganjil membaca kalimat contoh di atas. Rasanya kita lebih akrab dengan dua sinonim kata embus, yakni enyah dan pergi.

Sementara itu, makna kedua yang diberikan KBBI atas kata embus adalah tiup. Saya kira, makna ini lebih cocok diterapkan ke dalam ungkapan yang menjadi tema bahasan kita kali ini. Jadi, ketimbang menggunakan bentuk tidak baku menghembuskan, lebih baik kita menggunakan kata baku mengembuskan.

2. Nafas

Seperti halnya kata hembus, kata nafas pun bukan merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia. Bila Anda memaksakan diri mengetik kata nafas dalam kolom pencarian KBBI Daring, Anda tidak akan menemukan apa-apa di sana. KBBI Daring hanya akan mengarahkan pencarian Anda menuju kata baku yang telah ditetapkan oleh Badan Bahasa, sang pengelola KBBI.

Bentuk baku untuk kata nafas adalah napas. KBBI juga menyediakan dua arti untuk menjelaskan kata ini.

Yang pertama, napas merupakan sebuah bentuk kata benda. Dalam perannya selaku kata benda, napas mengandung arti “udara yang diisap melalui hidung atau mulut dan dikeluarkan kembali dari paru-paru”.

Selain itu, kata napas memiliki makna lain dalam bentuk adjektiva. Kata napas dalam posisinya sebagai adjektiva mengandung makna “kuning kemerah-merahan (tentang warna bulu, terutama kuda)”.

Sudah tentu makna pertama yang sesuai dengan konteks tulisan ini.

Menghembuskan Nafas Lebih Populer?

Pencarian kata-kata menghembuskan nafas

Baca juga: Nasib Pedestrian yang Serupa dengan Busway

Nah, sekarang kita sudah menemukan kata-kata yang tepat untuk mengganti kedua istilah yang tidak baku itu. Ungkapan yang selaras dengan kaidah bahasa Indonesia adalah “mengembuskan napas”.

Dengan memanfaatkan sebuah perangkat (tool) pendeteksi frekuensi pencarian kata dalam internet, saya membandingkan popularitas kata-kata yang menjadi topik bahasan tulisan ini. Hasilnya seperti yang saya duga sebelumnya.

Dalam eksperimen ini, saya membandingkan tiga ungkapan antara bentuk baku dengan bentuk tidak baku. Ketiga ungkapan yang saya bandingkan adalah hembus dengan embus, nafas dengan napas, dan mengehmbuskan nafas dengan mengembuskan napas.

Dalam jangka waktu lima tahun terakhir untuk pencarian di wilayah Indonesia, frekuensi pencarian terhadap ungkapan tidak baku hampir selalu lebih banyak dibandingkan frekuensi pencarian ungkapan baku. Grafik pencarian kata hembus hampir selalu di atas kata embus. Pencarian kata nafas selalu lebih banyak ketimbang kata napas sepanjang periode lima tahun itu.

Gabungan kedua kata itu pun menunjukkan keadaan yang serupa dengan masing-masing unsurnya. Frekuensi pencarian kata-kata menghembuskan nafas hampir selalu mengungguli mengembuskan napas.

Lalu bagaimana halnya dengan ungkapan dalam sebuah judul lagu yang pernah hits pada zamannya, “Separuh Nafas?” Silakan Anda cek sendiri, deh.

Siang ini saya mendapati sebuah tren menarik, “seragam satpam baru”. Google menaksir jumlah pencarian frasa ini mencapai lebih dari 10 ribu penelusuran.

ilustrasi seragam satpam baru
Beberapa media memang menayangkan berita seputar hal ini. Salah satu media nasional, kompas.com juga menurunkan warta menyangkut perubahan seragam satuan pengaman.

Menurut media ini, Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis telah menetapkan perubahan seragam satpam. Ketetapan itu dituangkan dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2020 perihal Pengamanan Swakarsa.

Berdasarkan peraturan tersebut, seragam satpam kelak akan berubah. Jika selama ini kita mengenal seragam satpam berwarna putih dan biru, nantinya akan berubah menjadi coklat muda dan coklat tua. Seragam para tenaga pengaman itu akan mirip dengan seragam kebanggaan para anggota kepolisian. Selain perubahan warna, seragam satpam juga akan dilengkapi dengan tanda pangkat.

Dengan seragam yang baru, para satpam akan terlihat semakin gagah. Mudah-mudahan seragam satpam baru itu juga meningkatkan rasa bangga akan profesinya seperti harapan Kapolri.

Baca juga: SukaMenggunakan Kata Laundry? Padahal Banyak Kosakata Lainnya

Mengenai Sebutan Satpam

Sebetulnya ada hal lain yang membikin saya tertarik dengan berita tentang seragam baru anggota satuan pengaman itu. Hal lain itu masih ada kaitannya dengan rasa bangga akan profesi yang satu ini.

Saya melanjutkan penelusuran melalui Google Trends dengan jangka 12 bulan. Pertama, saya membandingkan kecenderungan jumlah penelusuran kata “satpam” dengan kata “security”. Hasilnya persis dengan dugaan saya sebelum menelusuri kedua kata itu.

data pencarian kata satpam dan security
Sepanjang waktu penelusuran, jumlah pencarian kata security jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pencarian kata satpam. Tidak tampak sekali waktu pun kata satpam bisa menyaingi kata security dalam hal ini. Bahkan mendekati pun tidak.

Secara logika keadaan itu sangat masuk akal. Meskipun pencarian dilakukan di wilayah Indonesia, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan perbandingan ini menjadi tidak “apple to apple”. Kata security bersifat umum menyangkut banyak hal, sedangkan kata satpam hanya mewakili profesi tenaga pengaman.

Agar lebih adil, saya menyamakan persepsi para pencari informasi melalui mesin peramban Google. Saya menambahkan kata pekerjaan di depan kedua kata yang saya bandingkan. Jadilah frasa “pekerjaan satpam” dan “pekerjaan security” yang saya masukkan ke dalam kolom pencariaan Google Trends.

data pencarian kata pekerjaan satpam dan pekerjaan security

Dengan menambahkan kata pekerjaan, persepsi kedua kata yang saya bandingkan seharusnya menjadi sama. Keduanya murni mewakili pekerjaan atau profesi tenaga pengaman. Membandingkan kedua frasa ini semestinya serupa dengan membandingkan “apel dengan apel”, tidak lagi “apel melawan semangka”.

Hasilnya sangat berbeda dengan penelusuran pertama. Kali ini terjadi “persaingan sengit” antara kedua frasa yang saya bandingkan. Pada beberapa periode waktu, frasa pekerjaan satpam tampak unggul dalam jumlah pencarian. Secara rata-rata pencarian selama satu tahun frasa pekerjaan satpam kalah tipis.

Baca juga: HariOlahraga Nasional dan Makna Kata Olahraga

Persepsi Dunia Kerja

Untuk mendapatkan pandangan dari suatu komunitas tertentu, saya mencoba melakukan riset ke arah dunia kerja. Saya membayangkan sebuah kata yang amat lekat dengan dunia kerja, terutama menyangkut perburuan pekerjaan. Kata yang saya maksudkan adalah “lowongan”.

Masih mengandalkan mesin pencari Google, saya pun kemudian membandingkan frasa “lowongan satpam” dengan “lowongan security”. Hasil penelusuran ini mengindikasikan bahwa dalam lingkup para pencari kerja, istilah security masih menjadi primadona bila dibandingkan dengan istilah satpam. Entah apa sebabnya.

data pencarian kata lowongan satpam dan lowongan security

Angka-angka pencarian sepanjang waktu menunjukkan “keberpihakan” kaum pencari kerja pada istilah asing itu ketimbang istilah asli negeri sendiri. Apakah kondisi ini menunjukkan bahwa generasi muda selaku mayoritas dalam himpunan para pencari kerja, lebih menyukai istilah asing dibandingkan istilah domestik? Tentu saja tidak bisa diambil kesimpulan demikian hanya berdasarkan sebuah riset recehan semacam ini.

Satu hal menarik lagi ditunjukkan oleh Badan Bahasa. Melalui KBBI, badan yang mengurusi bahasa di negara kita telah mengadopsi istilah security. Mungkin karena frekuensi penggunaannya tinggi, istilah security diserap menjadi sekuriti. Makna kata sekuriti dalam KBBI adalah (sesuatu yang menjamin) keamanan, kebebasan dari bahaya, atau kekhawatiran. Jadi tidak spesifik menggantikan kata satpam.

Baca juga: Dari Recruitment Hingga Resign Menyerbu Bagian Personalia

Tren Seragam Satpam Baru

Namun, saya merasakan memang ada kesenjangan penggunaan kedua kata yang bermakna serupa itu dalam keseharian. Sebagai contoh, iklan-iklan yang menawarkan lowongan pekerjaan dalam bidang pengamanan lebih sering menggunakan istilah security ketimbang satpam. Hal ini tak jauh beda dengan penyebutan profesi-profesi lainnya dalam dunia kerja.

Ah, sebenarnya saya tidak bermaksud meributkan soal penggunaan istilah-istilah ini. Saya hanya terinspirasi oleh munculnya tren penggunaan istilah satpam dalam berbagai pemberitaan beberapa hari terakhir ini. Padahal, saya merasa sebagian orang enggan menyebut kata ini dan lebih memilih mencomot kata dari bahasa asing untuk menggantikannya.

Saya merasa patut berterima kasih kepada Pak Kapolri. Beliau telah mengambil sebuah keputusan yang mungkin akan berdampak baik pada beberapaa hal.

Yang pertama tentu saja berkaitan dengan bertambahnya rasa bangga para anggota satuan pengaman setelah mengenakan seragam baru mereka. Sedangkan yang kedua, saya yakin beliau tidak menyadarinya, beliau telah mencuatkan tren penyebutan sebuah kata yang berasal dari bahasa negara kita.

Selamat berseragam baru para anggota Satpam Indonesia. 

 

ilustrasi usaha laundry

Di antara ketiga kosakata ini, istilah mana yang paling sering Anda dengar? Apakah laundry, penatu, atau dobi?

Saya merasa cukup tergelitik oleh rasa penasaran untuk menelusuri lebih dalam seluk-beluk ketiga kosakata itu. Rasa penasaran yang saya peroleh dari sebuah tulisan singkat di situs Badan Bahasa.

Kalau saya akan memberikan jawaban sesuai urutan penyebutan kata-kata itu dalam kalimat di atas. Paling banyak dibicarakan orang tentu saja kata laundry. 

Kata penatu jarang disebut orang. Sementara itu, istilah dobi lebih parah lagi. Saya tak pernah menemukan seorang pun menyebut kata dobi walau cuma sekali.

Mengapa bisa terjadi keadaan yang demikian, ya? Kondisi itu terasa cukup aneh mengingat ketiganya memiliki makna yang serupa. Ketiga kata itu mengandung pengertian yang sama, yakni usaha atau orang yang bergerak dalam bidang pencucian dan penyetrikaan pakaian.

Baca juga: Hari OlahragaNasional dan Makna Kata Olahraga

Mengapa Kosakata Ini Populer?

Coba kita bahas satu demi satu. Kita mulai dari istilah yang paling populer.

Pertama, untuk kasus lebih banyaknya frekuensi orang menyebut kata laundry ketimbang dua kata yang lain. Istilah laundry mungkin kedengaran lebih “seksi” dibandingkan dua kata lainnya. Kecenderungan yang terjadi dalam pergaulan kekinian, istilah-istilah yang berasal dari negara lain umumnya lebih disukai daripada istilah dari negeri sendiri.

Perhatikan saja usaha-usaha yang bergerak dalam bidang cuci-mencuci pakaian di sekitar kita. Anda akan banyak mendapati papan-papan nama yang mengandalkan kata laundry digunakan orang untuk menamai jenis usaha ini. penggunaan kata asing itu mungkin dimaksudkan untuk menarik perhatian orang.

Apalagi bisnis pencucian (dan penyetrikaan) pakaian lebih banyak terdapat di daerah perkotaan. Istilah-istilah dari negeri seberang lebih gampang diterima kuping masyarakat urban.

Kedua, kata penatu sangat jarang disebut-sebut orang. Saya menduga orang lebih sering menggunakan sinonimnya, yakni binatu.

Padahal, sesuai penelusuran yang saya lakukan, kata binatu merupakan bentuk tidak baku dari kata penatu. Jadi, sebenarnya kata penatu yang diakui secara resmi sebagai bagian dari kata baku dalam bahasa kita.

Baca juga: Dari Recruitment Hingga Resign Menyerbu Bagian Personalia

Kosakata yang Hampir Punah

Bagaimana dengan penggunaan kata dobi? Waduh, kalau yang ini malah terdengar seperti kata dalam bahasa India atau bahasa mana gitu. Seingat saya, sejak lahir hingga setua ini saya belum pernah mendengar atau membacanya. Kalau mendengarnya saja tidak pernah, mana mungkin menggunakannya?

Pertama kali saya mengetahui ada istilah dobi terjadi belum lama ini. Peristiwa itu terjadi sewaktu saya sedang menelusuri situs Badan Bahasa (Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa). Kala itu saya memang sengaja mencari kata-kata dalam bahasa Indonesia yang jarang digunakan dalam perbincangan lisan maupun tulisan.

Penasaran dengan adanya istilah “asing” itu, segera saja saya membuka halaman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Benar saja, ternyata kita memang memiliki kata dobi, dan kata itu telah tercatat dalam KBBI Edisi Kelima. Nah, kata dobi menjadi sebuah kata domestik yang terdengar asing akibat tak pernah muncul ke permukaan.

Menurut KBBI, dobi adalah orang yang pekerjaannya mencuci dan menyeterika pakaian. Jadi, istilah dobi lebih mengarah sebagai penyebutan orang yang bekerja dalam bidang pencucian pakaian.

Persoalan tak berhenti sampai di sini. Penelusuran kata penatu mendapatkan lagi sebuah istilah yang tak kalah asing dibandingkan kata dobi. Saya menemukan kata benara sebagai sinonim kata penatu.

Baca juga: Pilih KartuMember Koperasi atau Kartu Anggota Anu Mart?

Harus Tetap Ada Harapan

Wah, ternyata banyak sekali kosakata yang bisa dipakai untuk menyebut usaha pencucian pakaian. Namun sungguh mengherankan, sekian banyak istilah itu tak mampu menandingi kepopuleran satu kata yang berasal dari bahasa asing.

Hingga kini, kata laundry tetap mendominasi pembicaraan menyangkut bisnis cuci-mencuci pakaian. Istilah ini juga banyak terpajang di papan-papan reklame di pinggir jalan.

Rasanya bakal sangat sulit mengangkat istilah-istilah dalam negeri untuk bisa mendekati popularitas kata laundry. Apalagi berharap bisa mengunggulinya.

Namun tak akan berdampak baik bila kita menyerah kepada keadaan. Setipis keripik tempe pun, harapan harus tetap terus dimunculkan.

Menggelar pembahasan mengenai timpangnya penggunaan istilah-istilah domestik ketika disandingkan dengan kata yang berasal dari bahasa asing tentu bukan tanpa tujuan. Saya mengangankan sedikit demi sedikit penggunaan kata-kata yang memang merupakan bagian dari bahasa Indonesia lebih sering dilakukan ketimbang kata-kata dalam bahasa asing.

Sangat disayangkan bila banyak kosakata yang nyaris tak terdengar semacam dobi dan benara kelak benar-benar akan hilang dari peredaran. Semoga saja istilah-istilah semacam itu bisa dikenali masyarakat Indonesia sebagai bagian dari bahasa nasional kita.

Seusai masyarakat mengenali mereka, harapan selanjutnya tentu saja menggunakan istilah-istilah yang sedang "sekarat" itu dalam kegiatan sehari-hari. Baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

 

ilustrasi makna kata olahraga

Hari ini tanggal 9 September 2020, kita memperingati Hari Olahraga Nasional. Tak ada salahnya kita mengulik sedikit makna kata olahraga.

Sebagai langkah awal, kita akan berkunjung ke halaman KBBI Online (Daring). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan dua macam makna terhadap kata olahraga.

Makna pertama, gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (seperti sepak bola, berenang, lempar lembing).

Sedangkan makna kedua adalah aktivitas yang melibatkan fisik dan keterampilan dari individu atau tim, dilakukan untuk hiburan.

Kedua makna yang disampaikan KBBI di atas memang sesuai dengan asal kata olahraga, yakni olah dan raga. Jadi, makna kata olahraga mengacu kepada kegiatan yang mengarah pada faktor tubuh atau fisik alias raga.

Sekarang kita beralih ke arena olahraga internasional. Kita akan mencari kata yang serupa di sana. Istilah sport banyak dipakai orang di pelbagai belahan dunia untuk menyebut kegiatan olahraga.

Serupa dengan KBBI, CambridgeDictionary juga memaknai kata sport sebagai kegiatan yang cenderung berhubungan dengan fisik. Dua makna kata sport yang dipaparkan dalam kamus ini menunjukkan kesan tersebut.

Pertama, a game, competition, or activity needing physical effort and skill that is played or done according to rules, for enjoyment and/or as a job.

Contoh penggunaannya dalam kalimat misalnya:

1. Football, basketball, and hockey are all team sports.

2. I enjoy winter sports like skiing and skating.

Kedua, all types of physical activity that people do to keep healthy or for enjoyment.

Berikut ini contoh kalimatnya. She used to do/play a lot of sport when she was younger.

Makna yang disampaikan oleh Oxford Learners Dictionaries pun tak jauh beda. Kamus ini mengartikan sport sebagai activity that you do for pleasure and that needs physical effort or skill, usually done in a special area and according to fixed rules.

Baca juga: Dari Recruitment Hingga Resign Menyerbu Bagian Personalia

Makna Kata Olahraga yang Berbeda

Namun ada hal yang berbeda antara Cambridge Dictionary dengan KBBI. Selain pengertian yang berhubungan dengan aktivitas fisik, Cambridge Dictionary juga menafsirkan istilah sport sebagai sebuah makna yang lebih bersifat batin atau mental yang baik. Berikut ini arti kata sport beserta terjemahannya.

A pleasant, positive, generous person who does not complain about things they are asked to do or about games that they lose.

Kira-kira terjemahannya seperti ini. Orang yang menyenangkan, positif, murah hati yang tidak mengeluh saat diminta melakukan sesuatu, atau ketika mereka kalah dalam sebuah permainan.

Kamus Cambridge memberikan sebuah kalimat sebagai contoh penggunaan makna kata sport dimaksud. Oh, Douglas - be a (good) sport and give me a lift to the station.

Salah satu makna kata sport dari paparan Cambridge Dictionary di atas adalah seseorang yang bisa menerima kekalahan dengan sikap positif. Sebuah sikap yang sangat terpuji dan berhubungan erat dengan kegiatan-kegiatan olahraga.

Sudah selayaknya setiap insan yang melakukan atau mengelola aktivitas-aktivitas olahraga meyakini dan melaksanakan sport sesuai makna yang dikemukakan Cambridge Dictionary tersebut.

Jika kondisi seperti ini yang terjadi, barangkali kita tak akan sering menyaksikan permainan olahraga yang melenceng dari aturan cabang olahraga itu. Misalnya saja, orang-orang yang beradu tinju ketika sedang memainkan cabang olahraga sepak bola.

Baca juga: Pilih Kartu Member Koperasi atau Kartu Anggota Anu Mart?

Arti Kata Sport dan Sportif

Namun kenyataannya kita masih sering melihat pemandangan yang ganjil di lapangan olahraga. Tak jarang terlihat seorang pemain sepak bola menggunakan keterampilan tendangan salto untuk melukai pengadil dalam pertandingan.

Semestinya sang pemain bisa mencontoh Widodo Cahyono Putro. Mantan pemain tim nasional Indonesia itu pernah menorehkan sejarah yang manis bagi persepakbolaan Indonesia di kancah Asia.

Ketika itu, dalam turnamen Piala Asia tahun 1996, ia mencetak gol akrobatik yang kemudian tercatat sebagai salah satu gol terindah dalam sejarah sepak bola Asia. Sebuah contoh penggunaan keterampilan tendangan salto yang sangat mengesankan.

Kejadian serupa acap berlangsung juga di luar arena. Masih sering kita dapati kabar adanya pengurus suatu cabang olahraga yang tidak menghayati makna sport dalam tindak-tanduknya ketika mengurus kegiatan olahraga.

Dalam penelusuran lebih lanjut, saya memperoleh sebuah hal yang cukup menggembirakan. Ternyata KBBI telah mengadopsi kata sport meskipun tidak secara “bulat”.

KBBI menandai kata sport sebagai bentuk cakapan, yakni kata yang digunakan dalam ragam takbaku. Kata sport merupakan sinonim dari kata olahraga. Sementara itu, kata sportif yang bisa dibilang sebagai kata baru atau kata turunan dari kata sport telah diterima secara penuh dalam KBBI.

Terdapat dua makna yang ditampilkan oleh KBBI terhadap kata sportif. Salah satu maknanya berkaitan dengan sikap mental yang positif, yaitu bersifat kesatria, jujur, dan sebagainya.

Sebuah contoh penggunaan kata ini dalam kalimat adalah “Jadilah penonton dan pemain yang sportif, jangan emosional.”

Jelas terlihat bahwa kata sportif berkonotasi baik bukan hanya pada sisi fisik, melainkan juga sikap mental. Sayangnya, kita cukup sulit menghubungkan makna non fisik yang baik ini dengan menggunakan kata olahraga.

Apakah memang ada pengaruh penggunaan istilah “olahraga” yang lebih mengarah kepada urusan fisik dengan banyaknya keributan yang terjadi dalam dunia olahraga kita?

ilustrasi bagian personalia

Bila Anda bekerja pada Bagian Personalia, mungkin Anda harus rela menerima segudang istilah asing hampir pada seluruh proses kerja yang Anda lakukan.

Sebelum masuk ke pembahasan soal proses kerja pada Bagian Personalia, kita ulas lebih dulu penyebutan bagian yang mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) ini. Terdapat banyak versi penyebutan unit kerja yang menangani urusan kepegawaian. Sejauh yang saya ketahui sebagian besar merupakan istilah asing yang langsung diterapkan oleh banyak perusahaan.

Istilah paling umum adalah Human Resource Development (HRD). Istilah ini dimaksudkan sebagai penekanan bahwa unsur manusia merupakan sumber daya yang penting sebagai penggerak roda perusahaan. Oleh karena itu, penamaan bagian ini dengan sebutan yang mengandung frasa human resource karena ada harapan pengelolaan SDM secara baik.

Pada perkembangan selanjutnya muncul istilah human capital untuk menyebut pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan. Pada periode ini peran SDM diperkuat menjadi faktor modal atau kapital yang merupakan salah satu unsur penting yang akan menentukan besarnya sebuah perusahaan. Maka beberapa perusahaan besar mengganti nama departemen yang menangani urusan kepegawaian dengan nama Human Capital Department atau yang semacam itu.

Di luar istilah-istilah “mentereng” itu masih tetap banyak perusahaan yang bertahan dengan sebutan-sebutan yang berasal dari negeri sendiri. Beberapa sebutan domestik antara lain Bagian Personalia, Biro Sumber Daya Manusia (SDM) dan Departemen Pengembangan SDM.

Baca juga: CaraBelajar Bahasa Indonesia Melalui Berita

Belum Menjadi Karyawan Sudah “Dihadang” Label Asing

Para pegawai perusahaan, terutama perusahaan besar, hampir pasti pernah mengikuti tahap-tahap perekrutan pegawai pada perusahaan masing-masing. Dalam proses itu, deretan istilah asing siap menyambut Anda sejak Anda berniat mendaftar untuk mengikuti seleksi calon pegawai.

Setelah lulus sekolah menengah atau perguruan tinggi, Anda mungkin segera mulai menelusuri halaman-halaman iklan job vacancy untuk mencari peluang kerja yang Anda inginkan. Alternatif lain yang bisa Anda tempuh adalah dengan mengunjungi job fair yang sering diselenggarakan oleh perusahaan besar atau Dinas Ketenagakerjaan.

Begitu memasuki arena ini, seakan-akan Anda berada dalam sebuah ajang pencarian pekerjaan di Negeri Paman Sam. Mata Anda  akan menemukan pelbagai jabatan layaknya di perusahaan-perusahaan asing.

Simak saja deretan jabatan yang sempat Anda amati. Mulai Customer Service hingga Marketing Manager. Dari posisi Junior Sales hingga Senior Trainer.

Jika Anda lolos screening administrasi awal, Anda akan mendapat undangan mengikuti proses recruitment—yang ini sudah diserap menjadi rekrutmen. Dalam perekrutan ini, Anda harus lolos beberapa tahapan untuk bisa mendapatkan offering letter, yakni surat penawaran menjadi pegawai.

Tahapan yang harus Anda lalui cukup banyak. Di antara tahapan-tahapan yang umum dilakukan perusahaan adalah psikotes—saya bersyukur sekali bisa menemukan istilah domestik ini--, job interview dan medical test.

Setelah menandatangani surat penawaran pekerjaan seperti yang telah saya sebutkan di atas, barulah Anda bisa menyebut diri Anda sebagai seorang pegawai. Eh, tapi harap bersabar, ya. Yang saya maksud dengan sebutan pegawai belum tentu pegawai tetap, bisa saja Anda harus mengikuti program outsourcing.

Sebelum benar-benar memasuki kancah dunia kerja, biasanya Anda diwajibkan mengikuti berbagai pelatihan. Ah, istilah pelatihan kedengarannya cukup asing, ya. Sebagian besar orang lebih suka menyebutnya training.

Dalam tahap ini, mungkin Anda harus masuk ke beberapa kelas sesuai tingkat pelatihannya, yakni basic, intermediate dan advance. Training juga terdiri dari bermacam-macam kategori. Ada training kategori technical knowledge, ada pula managerial knowledge.

Sekarang Waktunya Bekerja

Sudah kenyang “makan” istilah asing? Harap bersabar, Anda belum mulai bekerja, lho.

Dunia kerja yang Anda temui sehari-hari tak lepas dari maraknya parade istilah asing. Parade itu akan berlangsung sejak Anda menempelkan jari atau telapak tangan ke mesin absensi alias fingerprint pada pagi hari. Barangkali paradenya baru akan berakhir ketika Anda melakukan hal yang sama pada sore atau malam harinya.

Banyak perusahaan yang mengagendakan sesi motivasi pada pagi hari. Sebelum para pegawai menuju tempat kerja masing-masing, pimpinan akan mengumpulkan mereka di ruang tertentu. Adakalanya juga, acara ini diselenggarakan di luar ruangan atau yang beken dengan sebutan outdoor.

Banyak macam sebutan untuk menandai kegiatan ini. Ada yang menamainya motivation building, morning briefing, atau berbagai istilah lainnya. Mungkin juga masih ada yang setia dengan istilah apel pagi.

Dalam forum ini, biasanya pimpinan perusahaan menyampaikan program, arahan, atau statement-statement lainnya. Bisa juga sang manajer minta feedback dari para pegawai berkaitan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan.

Sekeluar dari ruang pembakar semangat, para pegawai berhamburan ke tempat tugas masing-masing. Karyawan bagian administrasi menuju meja kerja atau cubical—saya berharap menemukan kata kubikel dalam KBBI, ternyata tidak--sesuai bidang kerjanya. Sementara itu para sales mungkin langsung tancap gas memburu calon customer atau client.

Ketika Evaluasi Kinerja Tiba

Dalam periode tertentu, para manajer atau supervisor akan melakukan evaluasi atas proses dan hasil kerja Anda dan karyawan-karyawan lainnya. Evaluasi bisa dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, atau periode-periode lainnya.

Para penyelia (atau supervisor) membentangkan kertas atau membuka layar gawai. Memandangi angka-angka yang tertera dalam tabel atau garis-garis yang naik turun menghiasi grafik. Tabel dan grafik merupakan senjata andalan para pimpinan sebelum mulai angkat bicara.

Di dalam program evaluasi semacam ini, biasanya terjadi coaching atau counselling. Makanan apa pula ini?

Seulas penjelasan mengenai perbedaan antara coaching dan counselling saya temui di situs entrepreneur.com. Dalam sebuah artikelnya, situs ini menyebutkan bahwa perbedaan terbesar di antara kedua istilah tersebut terletak pada cara pendekatannya.

“The biggest difference in coaching and counselling is the difference in approaches. Life coaches focus on creating a new life path to achieve certain goals. They help you introspect and help you find your solutions. They focus on the now and what neat.”

“Whereas counselors focus on specific problems in hand and look into emotional resolutions to past problems to move forward, finding solutions to those specific problems, while making ‘healing’ as one of the main objectives.  One must be aware of the many areas of overlap between these above methods of seeking help.”

Di luar istilah coaching dan counselling, masih terdapat beberapa penyebutan lainnya untuk kegiatan-kegiatan yang hampir serupa.

Baca juga: SebenarnyaBruno Fernandes Itu Pemain MU atau Bukan, Sih?

Masa Karyawan Senang dan Bagian Personalia Sibuk

Saat yang ditunggu-tunggu para karyawan pun datang. Waktunya bisa berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Biasanya pada masa-masa ini, karyawan senang dan Bagian Personalia sibuk. Apalagi kalau bukan hari penerimaan gaji?

Kita masih bisa bersenang hati dalam hal ini. Dalam obrolan sehari-hari, sepertinya kata gajian lebih mengena di hati ketimbang salary-an. Salary-an?

Umumnya, wajah para pegawai tampak semringah pada hari-H gajian. Kecuali yang sudah terlalu banyak menyimpan pos cicilan sehingga take home pay tak cukup membuat hati lega.

Demikian banyak istilah asing nyaris mendominasi dunia kerja di perkantoran. Serbuan “pasukan asing” itu mungkin baru akan mereda saat kita melepas atribut kepegawaian kita.

Ada dua kemungkinan kita mengakhiri masa kerja pada suatu perusahaan. Yang pertama melalui jalur pensiun ketika usia telah mencapai batas maksimal bekerja. Jalur kedua adalah resign, yakni keluar dari pekerjaan sebelum mencapai usia pensiun.

Terjadi dua fenomena yang berbeda pada kedua jalur itu. Pada jalur pertama, kata pensiun jamak digunakan. Saya hampir tak pernah menemukan ungkapan pension dalam pembicaraan sehari-hari.

Apakah karena penulisan dan pengucapan katanya tak jauh berbeda sehingga penggunaan istilah asing di sini tidak menimbulkan sensasi lebih besar? Entahlah.

Lain halnya yang terjadi pada jalur kedua. Istilah resign jelas lebih menggema ketimbang mengundurkan diri. Bisa jadi faktor singkatnya kata yang menjadi pertimbangannya. Atau barangkali ada faktor lain yang lebih menentukan?

Ilustrasi Cara Belajar Bahasa Indonesia Melalui Berita

Salah satu cara saya belajar bahasa Indonesia saya lakukan melalui berita. Berbagai warta di media bisa mendatangkan banyak ide untuk belajar.

Kini kita tidak perlu menunggu datangnya berita dalam waktu yang lama. Sekarang ini hitungan kecepatan berita dalam detik saja. Bahkan tak jarang dalam sepersekian detik kita sudah bisa memperoleh kabar yang kita inginkan.

Mendapati kenyataan seperti itu, rasanya sayang bila lalu-lintas berita yang demikian kencang tidak kita manfaatkan. Salah satu faedah berita yang saya rasakan adalah sebagai sarana untuk belajar.

Sering saya menemukan materi berita yang mendatangkan inspirasi, khususnya inspirasi tulisan. Tak terkecuali inspirasi yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, bahasa persatuan negeri kita.

Memang sebagian dari inspirasi-inspirasi itu lewat begitu saja tanpa sempat singgah di otak saya. Namun beberapa informasi lainnya bisa menambah isi buku catatan kecil saya.

Sudah cukup lama kita memasuki era digital. Meskipun demikian, saya masih setia mengandalkan buku kecil (orang banyak menyebutnya notes). Sesekali saja menggunakan gawai sebagai alat pencatat ide.

Nah, sebagian kecil dari berita-berita yang memberi inspirasi itu keluar lagi dari benak saya. Ide-ide yang bersumber dari berita-berita yang saya baca kembali “mengudara” dalam wujud artikel yang saya tayangkan di media daring. Bisa di media umum, bisa pula blog pribadi.

Kembali kepada tema bahasan tulisan ini. Saya telah menayangkan beberapa artikel yang membincang topik bahasa Indonesia, yang idenya saya dapatkan dari berita yang terbit di beberapa media.

Banyak sisi menarik yang bisa kita amati dari sebuah berita. Walaupun berita yang dibaca sama, tetapi setiap orang akan berfokus pada hal-hal yang menjadi minat atau kebutuhannya.

Selain untuk mengetahui kabar tentang peristiwa-peristiwa terbaru yang terjadi di seluruh penjuru dunia, saya membaca berita untuk belajar bahasa Indonesia. Media apa pun bisa menjadi sumber pembelajaran tentang bahasa Indonesia.

Baca juga: PilihKartu Member Koperasi atau Kartu Anggota Anu Mart

Pelbagai Cara Mengingat Ide

Seringkali niat awal saya sekadar mencari kabar ketika membuka-buka situs berita. Namun tak jarang saya menemukan hal-hal yang membikin hati saya mengucap “Kok begini, ya?”

Jika mendapati hal-hal yang seperti itu, biasanya saya melakukan beberapa langkah untuk mengabadikan hal menarik itu. Berikut ini 3 kegiatan yang saya lakukan.

1. Mencatat ide dalam buku catatan kecil

Catatan kecil berupa tulisan tangan singkat sangat berguna untuk menyimpan gagasan yang saya temukan agar tidak hilang begitu saja. Saya berusaha selalu menyediakan sebuah buku catatan kecil dan sebuah ballpoint atau pensil ketika sedang melakukan aktiwitas membaca, termasuk membaca berita.

Hal itu bila kegiatan membaca saya lakukan di rumah atau tempat kerja. Namun aktiwitas mambaca berita bisa terjadi di mana saja. Pada saat tidak tersedia media untuk mencatat berupa kertas, si mesin serba bisa bernama gawai biasanya menjadi dewa penolongnya.

2. Menyimpan tangkapan layar bagian berita yang menarik

Tangkapan layar (screenshot) menjadi suatu sarana yang sangat praktis untuk mengabadikan hal menarik yang saya dapatkan saat membaca. Namun adakalanya saya bingung sendiri ketika membuka-buka kembali isi tangkapan layar setelah berlalu sekian lama.

Sering saya tidak bisa mengingat rencana apa yang akan saya lakukan dengan gambar ini. Itulah sebabnya, jika kondisi memungkinkan, saya memilih untuk mencatatnya dalam sebuah buku catatan kecil.

Cara lain untuk mengingat gagasan dari sebuah tangkapan layar adalah dengan menuliskannya pada sesobek kertas atau stick note. Warna-warni stick note yang tertempel pada sebidang papan menjadi pengingat yang tak terlupakan.

3. Mengembangkan ide dari sebuah berita

Tentu saja ini merupakan kondisi ideal yang saya dambakan. Segera menuliskan kembali ide-ide yang saya dapatkan seusai membaca berita. Sudah pasti lebih gampang mengembangkan ide-ide yang masih terasa segar dalam ingatan.

Sayangnya, kondisi ideal semacam ini tidak selalu bisa kita jumpai. Waktu yang terbatas acap membuat ide yang tak tercatat amblas tak meninggalkan bekas.

Contoh Artikel yang Bersumber dari Berita

Mungkin saja saat itu saya tidak bisa langsung menghasilkan tulisan yang lengkap karena alasan tertentu seperti tidak ada waktu atau pikiran sedang kusut. Namun dengan langkah nomor 1 atau nomor 2, ide pokok yang terdapat dalam berita yang saya baca telah tersimpan dalam catatan kecil atau tangkapan layar.

Ketika telah mendapatkan kesempatan untuk mengembangkannya, saya bisa menghasilkan tulisan dari catatan itu. Bahkan seandainya tidak mampu merealisasikan ide itu menjadi sebuah tulisan dalam waktu dekat, barangkali catatan semacam itu akan berguna setelah tersimpan sekian lama.

Dalam artikel yang saya tayangkan di kompasiana.com berjudul “’Dosa’ Kalimat Pasif”  misalnya, saya mengulas penggunaan kalimat pasif yang menyebabkan kerancuan makna. Saya memperoleh gagasan yang menghasilkan tulisan itu setelah membaca sebuah berita dengan judul yang menimbulkan tanda tanya.

Contoh lainnya adalah artikel saya yang saya beri judul “Di Sini Salah, Di Sana Benar” yang saya tayangkan pada media yang sama. Tulisan ini merupakan ungkapan “kegelisahan” saya saat menemukan penggunaan kata depan yang menurut saya kurang tepat pada banyak media yang beredar di negara kita.

Dalam blog ini juga terdapat tulisan yang merupakan pengembangan ide yang saya dapatkan dari berita yang tayang di media. Artikel berjudul “Sebenarnya Bruno Fernandes Itu Pemain MU atau Bukan, Sih?” merupakan sebuah contoh.

Artikel ini tercipta seusai saya terheran-heran membaca sebuah judul berita yang membikin saya kebingungan. Susunan kalimat dalam judul berita sebuah media daring telah memberi inspirasi bagi saya.

Mendapatkan keganjilan itu, saya lantas mencari sumber-sumber pengetahuan yang berkaitan dengan gagasan yang mengusik pikiran saya. Judul berita itu telah menjadi pemicu saya untuk belajar mengenai susunan kalimat dalam bahasa Indonesia.

Beberapa tulisan yang lain juga berangkat dari gagasan yang serupa. Tulisan berjudul “Nasib Pedestrian yang Serupa dengan Busway” pun bersumber dari berita menyangkut pedestrian, ditambah kejadian sehari-hari mengenai penggunaan kata busway.

Cara Belajar Bahasa Indonesia Melalui Berita

Baca juga: SektorPerumahan, Mula Berkembangnya Kata “Developer”

Itulah salah satu cara yang saya lakukan dalam mempelajari bahasa Indonesia. Media memang nyaris bisa mendatangkan apa saja.

Media bukan hanya sebagai tempat untuk mendapatkan informasi dan berita.  Berita-berita yang ditayangkan media juga bisa menjadi sarana belajar yang efektif.

Era digital telah melahirkan sarana menyampaikan informasi dan berita yang mudah dan sangat cepat. Adakalanya banyaknya informasi yang membanjiri pikiran kita bikin pusing kepala. Namun jika kita bisa mengolahnya, informasi-informasi itu bisa menjelma sebagai sumber gagasan yang tak habis-habisnya.

Masa pandemi Covid-19 sangat membatasi gerak fisik kita. Aktivitas bekerja dan belajar menjadi sangat terbatas. Bila kita menyerah pada keadaan, maka bukan hanya fisik kita yang terpenjara. Bisa jadi pikiran dan perasaan turut terkekang.

Pada saat-saat seperti ini, kemampuan berkreasi sangat dibutuhkan. Dengan kreativitas, kita tetap bisa menjalankan aktivitas belajar. Dunia daring telah menyediakan sumber daya yang demikian besar. Ia bisa menjadi sarana belajar apa saja, tak terkecuali ketika kita berniat untuk belajar bahasa Indonesia.

ilustrasi klub sepak bola Manchester United

Apakah Anda mengira bahwa Bruno Fernandes adalah seorang pemain MU? Keyakinan Anda bisa luntur jika membaca judul sebuah berita yang terbit kemarin.

Saya sempat terperanjat membaca sebuah judul warta yang menghiasi halaman sebuah lapak berita daring. Judul kabar dari dunia sepak bola itu membikin saya bertanya-tanya dalam hati.

Awalnya saya mengira, kabar yang tengah saya baca telah kedaluwarsa. Jangan-jangan ini berita lawas yang dimunculkan kembali.

Saya yakin sekali bahwa Bruno Fernandes sudah cukup lama menjadi andalan skuad besutan Ole Gunnar Solskjaer. Mengapa ia diberitakan baru mau bergabung dengan Manchester United?

Saya pun segera mencari-cari tanggal terbit berita ini. Saya jadi kurang percaya dengan penglihatan mata saya sendiri. Berita ini terbit tanggal 31 Agustus 2020, hari ketika saya membaca berita ini.

Kebingungan ini membuat saya menelusuri kalimat demi kalimat yang tersusun dalam berita dimaksud. Pengetahuan saya mengenai Bruno Fernandes memang tidak keliru.

Seuntai kalimat dalam berita ini semakin menguatkan keyakinan saya. “Sebelumnya, keberadaan Bruno Fernandes dan Paul Pogba saja sudah memberikan kehebatan di lini tengah Manchester United.”

Nah, betul kan. Bruno Fernandes memang telah menjadi pemain MU ketika berita itu diturunkan. Ia telah resmi menandatangani kontrak dengan salah satu klub sepak bola terbesar dunia itu pada Januari 2020 silam.

Saya kembali termangu memandang judul warta ini. Begini judul kabar yang membingungkan saya, “Segera Gabung Man United, Bruno Fernandes Beri Donny van de Beek Peringatan”.

Sebetulnya saya tertarik untuk membaca berita itu karena ingin mengetahui sosok bernama Donny van de Beek. Selain Bruno Fernandes, nama ini juga disebut-sebut dalam judul barita.

Seorang pemain sepak bola yang dikejar-kejar klub sebesar MU tentu memiliki keistimewaan. Sementara, saya belum banyak mengetahui sepak terjang pemain asal Ajax Amsterdam itu.

Namun judul berita yang “menipu” telah mengalihkan perhatian saya. Saya harus menunda keinginan untuk mendalami kiprah anak muda Belanda itu.

Untung Saja Bruno Fernandes Terkenal

Seandainya saya tidak mengenal Bruno Fernandes, saya tidak akan memusingkan judul berita itu. Seusai membaca kalimat yang menjadi judul berita itu, saya akan berasumsi bahwa Bruno Fernandes belum menjadi pemain MU saat berita itu ditayangkan.

Namun saya telah memiliki pengetahuan akan keberadaan pemain asal Portugal itu dalam tim Setan Merah. Beberapa sumber berita juga menyebutkan fakta bahwa sang gelandang telah menjadi penghuni stadion Old Trafford sejak awal tahun 2020 ini.

Ternyata susunan kalimat bisa membelokkan makna yang hendak disampaikan oleh si penyusun kalimat. Saya menduga, wartawan menulis judul berita itu sambil berasumsi bahwa semua pembaca telah mengenal Bruno Fernandes.

Bagi penggemar sepak bola, seorang pemain bintang yang berkiprah di sebuah klub raksasa dunia tentu bukan nama yang asing. Namun, kondisi ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk membuat judul berita dengan susunan kalimat yang tidak tepat.

Baca juga: Pilih KartuMember Koperasi atau Kartu Anggota Anu Mart?

Tuntutan Penayangan Berita

Saya mengusulkan dua alternatif kalimat yang barangkali lebih pas dijadikan judul berita di atas. Ungkapan "lebih pas" di sini saya maksudkan agar pembaca tidak bingung memahaminya.

1. “Segera Gabung Man United, Donny van de Beek Diberi Peringatan oleh Bruno Fernandes”

Alternatif pertama ini bisa digunakan bila penulis berita mengandalkan Donny van de Beek sebagai subjek pemberitaan. Namun sang penulis mungkin tak rela menempatkan sosok sebesar Bruno Fernandes pada posisi yang kurang penting dalam berita yang ditulisnya.

Nama setenar Bruno Fernandes telah menjadi semacam jaminan untuk menarik minat calon pembaca mengunjungi berita. Maka, nama ini harus mendapat porsi yang besar dalam judul sebuah berita.

2. “Bruno Fernandes Memberi Peringatan kepada Donny van de Beek yang akan Segera Bergabung dengan Man United”

Dalam kalimat ini, Bruno Fernandes mendapat tempat yang layak sesuai dengan kapasitasnya selaku pemain bintang yang telah dikenal luas oleh masyarakat sepak bola dunia. Namun sepertinya ada persoalan lain menyangkut pemberian judul sebuah berita. Tampaknya judul berita seperti itu “kurang nendang” bila dilihat dari sisi teori jurnalistik.

Masalahnya mungkin terletak pada tuntutan penayangan berita yang harus dilakukan secara cepat dengan judul dan isi berita yang menarik. Barangkali tuntutan semacam itu yang membuat penulis berita tak menyadari adanya kemungkinan pembaca bakal kebingungan saat mencerna berita-berita yang ditulisnya.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Mencari Artikel

Artikel Populer

  • Mencari Hikmah di Balik “Musibah”, Sebuah Catatan Kelahiran Blog “Ulas Bahasa”
    Antusias sekali saya menyambut sebuah pelatihan bertajuk “Kelas Menulis Blog”. Kelas ini memang telah cukup lama saya nanti-nantikan. Dua ...
  • Mengapa Orang Keranjingan Mengucapkan Kata “Dirgahayu”?
      Bulan Agustus merupakan bulan naik daunnya kata “dirgahayu”. Dan hari Senin, tanggal 17 Agustus 2020 ini merupakan puncak berseraknya kata...
  • Sulitnya Mengganti Istilah Chatting dalam Bahasa Indonesia
    Rasanya sulit mengganti istilah chatting dalam bahasa Indonesia. Dalam komunikasi masa kini, kata bahasa Inggris ini hampir selalu hadir da...

Arsip

  • Maret (1)
  • Februari (1)
  • Januari (2)
  • Desember (1)
  • November (1)
  • Oktober (5)
  • September (7)
  • Agustus (11)

Berlangganan Artikel

Advertisement

Copyright © 2021 Ulas Bahasa. Created by OddThemes