Ulas Bahasa
  • Beranda
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan
    • Sangkalan (Disclaimer)
    • Kebijakan Privasi
  • Artikel
    • Asal Kata
    • Inspirasi Bahasa
    • Istilah Asing
    • Kalimat
    • Kosakata
Diberdayakan oleh Blogger.

Ternyata, makna kata mantan itu memiliki kedudukan yang istimewa, lho. Di mana letak keistimewaannya? Ayo, kita lihat bersama-sama.

 

ilustrasi-makna-kata-mantan

Anda, terutama yang berusia muda, tentu telah akrab dengan sebuah istilah yang akan kita bahas ini. Kata ini banyak menghiasi halaman berita media daring dan obrolan di media sosial.

Dalam penelusuran menggunakan mesin pencari Google misalnya, kata kunci “mantan” akan memunculkan kata-kata lain yang cenderung menuju kepada satu hal. Sebagian besar hasil pencarian mengarah pada nama-nama pesohor di negeri kita. Sebut saja salah satunya adalah frasa mantan istri Ibnu Jamil.

pencarian google kata kunci mantan
Tangkapan layar pencarian kata 'mantan' di Google Search

Tak salah, istilah yang satu ini hampir selalu dikaitkan dengan pasangan. Rangkaian kata yang sering disebut antara lain mantan pacar, mantan istri, dan mantan suami.

Di antara ketiganya, yang paling populer tentu saja rangkaian kata-kata mantan pacar. Namun anehnya, dalam urusan ini, kata yang di belakang hampir tak pernah dimunculkan. Cukup sebut "mantan", maka orang akan paham apa yang dimaksud oleh orang yang mengucapkan atau menuliskannya.

Saking populernya kata yang satu ini dalam hubungannya dengan urusan percintaan antara laki-laki dengan perempuan, Yovie Widianto sempat menggubah lagu yang diberi judul “MantanTerindah”.  Lagu yang dipopulerkan oleh kelompok Kahitna dan Raisa ini sempat menjadi hits pada masanya dulu.

Baik judul maupun lirik lagu itu tidak sekalipun menyebutkan keterangan yang berkaitan dengan satuan bahasa ini. Namun ketika Kahitna atau Raisa menembangkannya, semua orang paham bahwa sang penyanyi tidak sedang merindukan seorang mantan kades atau mantan kapolres.

Selain dalam bentuk lagu, kreativitas para pemilik mantan tersaji dalam pelbagai wujud karya seni, baik serius maupun guyonan belaka. Kita tidak akan kesulitan menemukan karya-karya puisi, cerpen, atau sekadar kata-kata sindiran buat sang mantan.

Bagaimana Menurut Kamus?

Lantas, apa yang disampaikan kamus berkenaan dengan hal ini?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata mantan adalah bekas (pemangku jabatan, kedudukan, dan sebagainya).

Jika kita membayangkan istilah mantan nan sering muncul dalam warta, baik media berita maupun media sosial, rasanya makna yang dimunculkan oleh KBBI nggak nyambung, ya.

"Baca juga artikel tentang penggunaan kata meneladan dan meneladani."

Apalagi kalau makna itu kita hubungkan dengan contoh penggunaannya dalam sebuah kalimat yang disajikan dalam kamus itu.

“Ia mantan gubernur yang sekarang aktif dalam organisasi sosial.”

Kita lihat bahwa baik dalam penjelasan maupun contoh, KBBI lebih “mengarahkan” maksud kata mantan sebagai bekas pejabat atau orang yang pernah memegang jabatan tertentu dalam pemerintahan. Kamus bahasa Indonesia ini tidak sedikit pun menyinggung-nyinggung hubungan antar manusia dalam urusan cinta atau rumah tangga.

Sementara itu, Kamus Tesaurus bahasa Indonesia memberikan dua sinonim untuk kata ini. Keduanya adalah bekas dan eks.

Sumbangan dari Bahasa Daerah

Dalam bahasa Indonesia, sebutan yang tengah kita bahas ini muncul belakangan setelah kata bekas dan eks lebih dulu memasyarakat. Mengutip sebuah warta yang disampaikan oleh Kantor Bahasa Bengkulu, istilah mantan berasal dari bahasa Basemah, Komering, dan Rejang.

Lho, sudah ada kata bekas, mengapa harus memasukkan ungkapan lain dengan arti yang sama ke dalam bahasa Indonesia? Ada sebuah pertimbangan masuk akal mengiringi masuknya istilah ini ke dalam bahasa persatuan kita.

Alasannya, karena istilah bekas berkonotasi kurang bagus. Biasanya orang membayangkan sesuatu yang bernada negatif ketika mendengar orang lain menyebut ungkapan bekas.

Nah, diterimanya istilah baru ini dimaksudkan untuk menaikkan “martabat” jabatan-jabatan atau posisi-posisi nan dianggap baik. Sebagai contoh sebut saja istilah-istilah mantan presiden, mantan menteri, dan sebutan-sebutan lain semacam itu.

Sementara itu, kata bekas tidak dihilangkan. Biasanya ungkapan ini dipakai untuk menyebut sesuatu yang secara umum dianggap kurang baik atau bernilai rendah. Misalnya saja ungkapan bekas penjahat, barang bekas, dan ungkapan-ungkapan serupa lainnya.

Pergeseran Makna Kata Mantan

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal adanya pergeseran makna kata. Salah satu bentuknya adalah menyempitnya arti suatu kata. Perubahan semacam ini disebut sebagai penyempitan makna kata. Ada pula orang yang menamainya spesialisasi.

Sebagai contoh, awalnya sebutan motor mengandung arti mesin yang menjadi tenaga penggerak suatu alat. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang menyebut kata motor sebagai pengganti istilah suatu jenis kendaraan bernama lengkap sepeda motor.

Penggunaan kata mantan juga telah mengalami kejadian serupa dengan motor. Dibandingkan dengan makna yang tertuang dalam KBBI, praktik penggunaan sebutan ini telah banyak bergeser. Kini, istilah itu lebih sering dikaitkan dengan masalah percintaan ketimbang urusan-urusan lainnya.

Dalam sebuah artikel berjudul “Perubahan Makna”, narabahasa.id juga menyatakan  bahwa penyempitan makna merupakan salah satu bentuk perubahan makna kata. Situs ini memberikan contoh sarjana yang awalnya diartikan ‘orang pandai’ atau ‘cendekiawan’. Sekarang, banyak orang hanya memahami sarjana sebagai seorang penyandang gelar strata satu.

Perubahan makna kata sarjana
Ilustrasi sarjana yang mengalami perubahan makna (gambar oleh Pixabay dari Pexels)

"Baca juga tulisan mengenai arti kata seronok yang sering digunakan secara keliru."

Keadaan itu tidak lantas membikin makna lainnya menjadi keliru atau tidak digunakan lagi. Arti mantan selain yang berhubungan dengan sosok kekasih juga masih acap digunakan.

Misalnya saja kondisi dalam bidang politik. Kita masih kerap mendengar atau membaca istilah-istilah mantan presiden, mantan menteri, dan mantan pejabat lainnya menghiasi berita-berita dan ulasan-ulasan di pelbagai media massa.

Meskipun demikian, terdapat perbedaan cara menyebut kata mantan kekasih atau mantan pacar dengan mantan-mantan lainnya. Kita akan merasakan bahwa istilah mantan yang berhubungan dengan urusan percintaan memiliki keistimewaan dalam perbincangan sehari-hari.

Jika ada seseorang menyebut kata yang menjadi pokok bahasan tulisan ini tanpa embel-embel keterangan apa pun di belakangnya, bisa dipastikan bahwa orang itu sedang membahas seseorang yang pernah memiliki hubungan cinta dengannya.  Orang tidak akan mengaitkannya dengan aktivitas politik atau kegiatan lainnya.

Demikian spesialnya kedudukan satu ungkapan ini dalam urusan percintaan. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh mantan-mantan lainnya, termasuk mantan presiden sekalipun.

Begitulah, kebiasaan mengucapkan ungkapan-ungkapan yang dilakukan oleh banyak penutur bisa mengubah makna sebuah kata. Maknanya bisa meluas atau menyempit, bisa pula terkesan menjadi lebih terhormat, atau menjadi lebih hina.

Dalam urusan geser-menggeser makna kata, para kawula muda menjadi salah satu aktor pentingnya. Mereka telah berhasil menggeser makna kata mantan, seakan-akan kata ini diciptakan khusus bagi kalangan mereka sendiri.

Ilustrasi Walkie Talkie dalam Bahasa Indonesia oleh Paolo Ghedini dari Pixabay

Tidak adakah padanan kata walkie talkie dalam bahasa Indonesia? Buktinya media-media massa masih menggunakan istilah asing itu dalam pemberitaan mereka.

Sebuah peristiwa politik yang terjadi di Myanmar baru-baru ini telah memunculkan kembali sebuah istilah yang sekian lama menghilang dari peredaran.

Mengutip warta kompas.com, pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Myanmar, Aung San Suu Kyi ditangkap oleh pihak berwenang di negaranya. Wanita kelahiran 1945 itu didakwa melanggar Undang-Undang tentang Ekspor Impor karena  memiliki walkie talkie yang diimpor secara ilegal.

Dalam laporannya, Kepolisian Myanmar menyatakan bahwa mereka telah menemukan peralatan telekomunikasi tidak resmi itu di rumah Suu Kyi.

Krisis yang terjadi di salah satu negara Asia Tenggara itu kini menjadi perhatian banyak warga dunia. Berita menyangkut kasus ini pun menjelma sebagai kabar viral di pelbagai media.

Kali ini saya akan mengulas nama jenis alat komunikasi jadul yang kini mengemuka kembali dalam peristiwa di Negeri Seribu Pagoda ini. Alat apa lagi kalau bukan walkie talkie.

Asal Mula Nama Walkie Talkie

Menurut wikipedia, walkie talkie merupakan alat komunikasi yang ditemukan oleh Donald Lewes Hings pada tahun 1937. Kala itu, benda segenggaman telapak tangan ini dinamakan waterproof 2ways radio.

Selain itu, alat komunikasi dua arah ini juga kerap dijuluki dengan sebutan light aircraft emergency set.

Istilah walkie talkie sendiri pertama kali muncul tahun 1941. Kala itu, Hings, sang penemu, mengungkapkan asal mula penamaan walkie talkie pada sarana komunikasi temuannya itu.

Baca juga: Arti Kata Seronok yang (Sebenarnya) Elok

Begini kisahnya.

Suatu ketika, seorang jurnalis melihat seorang prajurit yang tengah berjalan dengan membawa sebentuk alat komunikasi yang menempel pada baju seragamnya. Menyaksikan pemandangan itu, sang jurnalis menghampiri tentara itu.

Lantaran dirinya belum pernah melihat barang semacam itu, ia pun menanyakan alat apa gerangan yang dipakai sang prajurit.

Prajurit itu menjawab pertanyaan wartawan dengan sebuah penjelasan yang menggambarkan sifat benda “ajaib” yang dipegangnya. Sang tentara mengatakan bahwa ia bisa berbicara (talk) menggunakan sarana komunikasi itu sembari berjalan (walk).

Maka, selepas kejadian itu, para jurnalis menyebut perlengkapan komunikasi yang acap kita lihat digunakan oleh para petugas keamanan itu dengan sebutan walkie talkie. Nama ini pun pun lantas melekat pada benda yang hanya bisa dipakai jika berpasangan.

Walkie Talkie dalam Bahasa Indonesia

Setelah membaca beberapa berita terkait dakwaan penggelapan yang dilakukan oleh wanita yang pernah menerima hadiah Nobel Perdamaian itu, lantas timbul pertanyaan dalam benak saya. Mengapa semua media menggunakan sebutan walkie talkie dalam pemberitaan mereka?

Apakah memang tidak ada satu pun padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan istilah asing itu?

Baca juga: Antara Porter di Bandara dan Kuli Panggul di Pasar

Segera saja saya mencoba mencarinya melalui mesin pencari di internet. Saya membutuhkan waktu yang cukup lama berselancar di dunia maya hingga menemukan sejumlah referensi berkaitan dengan barang ini.

Beberapa kamus bahasa Inggris – bahasa Indonesia online (daring) menyatakan tidak terdapat padanan kata walkie talkie dalam bahasa Indonesia.

Sebagian lainnya mempunyai terjemahan yang berbeda untuk kata yang satu ini. Lektur.id menyebut walkie talkie adalah alat woki-toki, sedangkan blabla.co.id menamainya woki toki.

Namun sayang sekali, saya tidak menemukan istilah ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kamus bikinan Badan Bahasa ini menyatakan tidak mengenal nama alat woki-toki.

Dalam penelusuran selanjutnya, saya menjumpai istilah lain yang terdaftar dalam sebuah situs milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Situs ini menyebut portofon sebagai padanan istilah asing walkie-talkie atau handy talkie.

Namun saya kembali kecewa setelah melongok KBBI. Sebab, saya tidak menemukan istilah portofon di sana.

Rasa penasaran akan kata portofon membawa saya kembali menelusuri mesin pencari. Kali ini saya berjumpa dengan situs jagokata.com.

Website ini memberikan tiga kata sebagai alternatif pencarian kata portofon. Satu di antaranya adalah protofon.

Seusai menjumpai kata ini, saya bergegas kembali mengunjungi KBBI. Dalam kamus daring ini, ternyata kata protofon mengandung arti radio-telepon jalan.

Arti yang diberikan oleh KBBI di atas terasa cocok dengan spesifikasi sarana komunikasi yang sedang kita bahas. Telepon berbasis radio yang bisa digunakan sambil berjalan.

Sampai di sini saya baru meyakini bahwa bahasa Indonesia telah memiliki padanan kata untuk istilah walkie-talkie.

 

Ilustrasi istilah toleransi

Istilah toleransi kembali bergema di bumi Indonesia belakangan ini. Urusan seragam sekolah di daerah Sumatra Barat menjadi salah satu pemicunya.

Keributan terjadi antara pejabat sekolah dengan orangtua siswa di sekolah itu. Peristiwa yang direkam dalam bentuk video dan ditayangkan secara daring itu menjadi viral dan mendapat banyak tanggapan dari berbagai pihak.

Tidak heran jika kejadian itu menimbulkan kegaduhan nasional mengingat masalahnya menyangkut hal yang sangat sensitif. Suatu aturan yang mewajibkan semua siswi mengenakan jilbab, termasuk siswi non muslim, merupakan musababnya.

Dari peristiwa inilah kemudian kata toleran atau toleransi dan turunannya banyak menghias media. Lantas, sebenarnya apa makna kata toleran dan atau toleransi kata-kata turunannya?

Baca juga: Maaf, Kami Tak Pantas Meneladani Guru

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dalam kaitan dengan peristiwa ini, telah memberikan makna bagi kata toleran dan toleransi.

Menurut kamus ini, toleran berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Masih menurut kamus bahasa Indonesia itu, toleransi adalah sifat atau sikap toleran.

Dalam kasus kisruh seragam sekolah di sebuah SMK di Sumbar, banyak pihak menilai sekolah itu tidak memiliki sikap toleran. Peraturan yang mewajibkan penggunaan seragam sekolah berupa jilbab bagi semua siswa termasuk siswa yang tidak beragama Islam menjadi dasar penilaian itu.

Maka, sebagai kebalikan dari kata toleran, istilah intoleran atau intoleransi segera disematkan bagi aparat yang memimpin dan mengelola sekolah itu. Penyematan istilah ini mengindikasikan banyak orang menganggap sekolah tidak toleran atau tidak memiliki tenggang rasa.

Salah satu penilaian tentang sikap intoleran dikemukakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Saya kutip dari detik.com, Nadiem Makarim, sang menteri, menyatakan bahwa sikap sekolah tersebut merupakan bentuk intoleransi atas keberagamaan.

Kata turunan lain yang muncul dari kata toleransi adalah kata-kata bertoleransi dan menoleransi. Bertoleransi berarti bersikap toleran, sedangkan menoleransi bermakna membiarkan atau mendiamkan.

Mana Istilah yang Baku: Toleransi atau Tolerir?

Selain kata toleran dan turunannya, banyak pula orang yang lebih memilih menggunakan kata tolerir. Seperti toleran, kata ini juga menghasilkan beberapa turunan seperti menolerir atau ditolerir.

Lalu, kata apa yang sebenarnya paling tepat?

Dengan merujuk pada KBBI, kata tolerir merupakan istilah yang tidak baku dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kata-kata turunannya juga bukan merupakan kata-kata baku dalam bahasa Indonesia.

Jadi, sudah jelas kata yang baku dan tidak baku. Alangkah baiknya kita menggunakan kata toleran atau toleransi dibandingkan kata tolerir.

Baca juga: Mengulas Kata-Kata Paling Populer Tahun 2020

Namun, masih sering terlihat adanya kebingungan orang dalam menggunakan istilah-istilah itu. Salah satu kebingungan terkait dengan urusan ini tampak pada sebuah berita yang tampil di situs bisnis.com.

Dalam sebuah warta di media daring itu, saya menemukan adanya perbedaan penggunaan istilah toleransi atau tolerir antara judul dengan isi berita.

Dengan mengangkat judul “Pandemi Bukan Alasan, Menhub Budi Tak Akan Tolerir ODOL”, ternyata penulisnya masih menggunakan kata tidak baku tolerir.

Sementara itu, dalam kalimat pembuka, penulis berita memakai istilah yang berbeda untuk mengungkapkan hal yang sama. Pada bagiab ini, ia memilih untuk memakai kata menoleransi.

“Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan tidak akan menoleransi para pelanggar kebijakan angkutan barang kelebihan muatan dan dimensi atau over dimension over load (ODOL).”

Semoga kita tidak ikut-ikutan bingung, ya.

Jadi, Anda mau menggunakan istilah yang mana, toleran (toleransi) atau tolerir?

Kata populer dalam mesin pencari di internet

Apa saja kata-kata yang paling populer dan banyak dicari oleh masyarakat di Indonesia sepanjang tahun 2020 yang lalu?

Menjelang akhir tahun lalu, Google telah merilis data pencarian di internet menggunakan mesin pencari miliknya sepanjang tahun 2020 yang lalu. Sebagian kata atau frasa yang muncul dalam barisan kata terpopuler tidak lepas dari bencana yang melanda dunia nyaris sepanjang tahun.

Sementara itu, sebagian kata dan frasa  terkenal lainnya bisa dikatakan melejit karena suatu peristiwa yang terjadi pada tahun 2020 yang baru saja kita lewati. Selepas peristiwa itu, pencarian atas kata atau frasa itu berangsur-angsur menurun.

Inilah Pelaku Utamanya: Virus Corona

Tidak mungkin kita tidak memperhitungkan virus Corona sebagai makhluk yang paling menjadi perhatian warga dunia. Sepak terjangnya benar-benar mengacaukan tatanan dunia, termasuk Indonesia.

Virus Covid-19 yang mulai merajalela pada awal tahun 2020 dan belum berhenti hingga memasuki tahun 2021 sangat memengaruhi kehidupan manusia. Hampir tidak dapat kita temukan suatu segi kehidupan yang tak terdampak oleh virus yang pertama kali terdeteksi di daratan China ini.

Maka, tak heran jika istilah-istilah yang berhubungan dengan merebaknya virus Corona sangat menguasai panggung dunia. Termasuk panggung yang semakin eksis semasa pandemi, yakni internet.

Setidaknya terdapat tiga dari sepuluh penelusuran terpopuler merupakan kata-kata yang berhubungan langsung dengan pandemi Covid-19.

Virus Corona dan PSBB menempati peringkat teratas daftar itu. Sementara itu frasa hand sanitizer berada pada urutan ke tujuh.

Kita semua telah mengetahui bahwa PSBB merupakan kebijakan yang muncul dalam rangka membatasi penyebaran virus yang menggegerkan itu. Adapun hand sanitizer adalah salah satu sarana andalan untuk menjaga diri dari serangan si virus ganas.

Selain ketiga istilah itu, juga terselip dua frasa yang berkaitan erat dengan keberadaan virus Corona. Kedua frasa itu adalah sepeda lipat dan Google Classroom.

Melonjaknya popularitas sepeda lipat tak bisa dilepaskan dari pandemi Corona. Banyak orang mendadak rajin bersepeda sebagai salah satu aktivitas untuk mengurangi rasa bosan lantaran banyaknya pembatasan dalam rangka menekan penyebaran sang virus.

Google Classroom juga menerima “berkah” dari kondisi selama masa pandemi. Program ini menjadi sebuah alternatif sarana komunikasi daring secara massal yang banyak dilakukan institusi dan perusahaan.

pencarian kata terpopuler di google tahun 2020


Frasa yang “Menyerempet” Corona

Bahkan dua frasa lainnya yang tampak tidak berkaitan dengan pandemi ini, sebenarnya juga bisa “diserempet-serempetkan” dengan Corona. Coba kita ulas sedikit kedua frasa itu, Kartu Pra Kerja dan Omnibus Law.

Kartu Pra Kerja merupakan program kerja andalan pemerintahan Jokowi. Seperti diberitakan detik.com, ide mengenai program Kartu Pra Kerja sebenarnya telah mencuat sejak masa kampanye Pilpres tahun 2019.

Dalam perjalanannya kemudian, pemerintah menyesuaikan beberapa unsur dalam program ini dengan adanya pandemi virus Covid-19. Program ini sekaligus dimanfaatkan untuk mengurangi derita warga yang terhimpit ekonominya karena pengaruh Corona.

Bagaimana dengan Omnibus Law? Banyak perdebatan yang terjadi menyangkut terbitnya kebijakan yang satu ini.

Berita-berita dan ulasan-ulasan yang banyak beredar di media massa menggambarkan betapa kontroversialnya proses terciptanya aturan ini. Banyak pihak yang mengatakan bahwa DPR bersama pemerintah memanfaatkan situasi masa pandemi untuk mengegolkan keinginan mereka.

Sejak mula, peraturan ini terindikasi akan banyak ditentang oleh berbagai elemen dalam masyarakat. Masa pandemi yang banyak memunculkan pembatasan menjadi peluang bagus bagi kedua Lembaga Negara itu untuk mengesahkan Undang-Undang sapu jagat itu.

Barangkali mereka berharap, dalam masa pandemi ini tidak akan muncul banyak penentangan atas disahkannya peraturan itu. Ternyata, bila benar anggapan itu, harapan mereka tak terwujud.

Kita telah mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat menyusul keputusan tak populer itu. Besarnya reaksi masyarakat telah mendorong tingginya keingintahuan orang akan permasalahan yang berkaitan dengan urusan ini.

Maka, frasa ini menjadi sangat populer karena banyak dicari orang. Dan salah satu saluran pencarian yang paling gampang dilakukan adalah internet.

Nah, dari paparan di atas terlihat bahwa sekitar 70% pencarian paling populer berhubungan dengan pandemi virus Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa wabah yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan ini berdampak sangat besar bagi sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia.

Kata-Kata Populer Lainnya

Selain kata dan frasa yang berkaitan dengan virus Corona, terdapat tiga kata atau frasa yang bisa dikatakan tidak ada sangkut-pautnya dengan wabah yang melanda dunia itu. Ketiga istilah populer itu adalah odading, Glenn Fredly dan Lagu Lathi.

Odading, suatu jenis makanan yang disebut-sebut sebagai jajanan khas Bandung, melejit sejak seorang selebgram mengunggahnya melalui sebuah kanal media hingga menjadi viral. Sesuatu yang viral tentu mengundang banyak manusia ikut menumpang sehingga mendorong ungkapan viral itu menjadi semakin terkenal.

Nama Glenn Fredly banyak menghiasi halaman-halaman berita terutama situs-situs hiburan setelah sang penyanyi meninggal dunia. Banyaknya penggemar artis ini tentu saja turut mengantar namanya banyak dicari orang di internet.

Frasa populer terakhir tidak saya kenal sebelumnya. Saya baru mengetahui sedikit informasi mengenainya setelah menelusurinya melalui mesin pencari.

Ternyata frasa ini merupakan sebuah judul lagu. Kabarnya, lagu yang digubah oleh kelompok Weird Genius ini popularitasnya meroket di dunia maya.

Barangkali karena pemahaman tentang musik yang dangkal, saya tidak mengenal dengan baik lagu berbahasa Inggris dengan sisipan bahasa Jawa ini. Penelusuran yang saya lakukan menunjukkan bahwa selain viral, lagu ini juga mengundang kontroversi.

Ulasan dari Sisi Bahasa

Bila kita melihat 10 penelusuran terpopuler itu dari sisi bahasa, semestinya daftar itu cukup melegakan. Kata dan frasa yang berasal dari bahasa nasional kita cukup mendominasi daftar itu, atau setidaknya tidak tergusur oleh popularitas istilah-istilah bahasa asing atau “bahasa jadi-jadian”.

Enam dari 10 kata atau  frasa populer itu, frasa secara keseluruhan atau sebagian unsur kata di dalamnya, bisa kita temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal itu menandakan bahwa istilah-istilah itu diakui sebagai bagian resmi dari bahasa Indonesia.

Sementara itu, tiga kata atau frasa merupakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa asing, yakni bahasa Inggris. Sedangkan satu kata merupakan kosakata dalam bahasa daerah, satu nama orang dan satu lagi nama jenis makanan.

Saya sempat salah menduga kata ‘odading’ berasal dari bahasa Sunda. Ternyata penelusuran yang saya lakukan menemukan kenyataan yang berbeda.

Situs berita nasional kompas.com mengabarkan bahwa penamaan penganan itu terjadi secara tidak sengaja pada masa kolonial.

Ceritanya, ada seorang anak Belanda merengek-rengek kepada ibunya. Sepertinya ia ngiler melihat seorang penjaja makanan yang lewat.

Setelah mendekat, penjual makanan menunjukkan kue yang terbungkus daun pisang. Begitu menyaksikan pembungkus kudapan itu dibuka, si nyonya Belanda berseru “O, dat ding?”

Barangkali sang nyonya terperanjat melihat sebentuk makanan yang belum pernah ditemuinya. Maka, ia pun menyerukan sebuah kalimat singkat yang bermakna “O, barang itu?”

Ungkapan spontan ibu Belanda itu menjadi muasal roti goreng itu dikenal dengan nama odading hingga kini.

Nah, itulah sepuluh kata terpopuler dalam penelusuran di mesin pencari Google sepanjang tahun 2020. Kita nantikan kata-kata apa yang akan melonjak menjadi populer tahun 2021 ini.

Postingan Lama Beranda

Mencari Artikel

Artikel Populer

  • Mencari Hikmah di Balik “Musibah”, Sebuah Catatan Kelahiran Blog “Ulas Bahasa”
    Antusias sekali saya menyambut sebuah pelatihan bertajuk “Kelas Menulis Blog”. Kelas ini memang telah cukup lama saya nanti-nantikan. Dua ...
  • Mengapa Orang Keranjingan Mengucapkan Kata “Dirgahayu”?
      Bulan Agustus merupakan bulan naik daunnya kata “dirgahayu”. Dan hari Senin, tanggal 17 Agustus 2020 ini merupakan puncak berseraknya kata...
  • Sulitnya Mengganti Istilah Chatting dalam Bahasa Indonesia
    Rasanya sulit mengganti istilah chatting dalam bahasa Indonesia. Dalam komunikasi masa kini, kata bahasa Inggris ini hampir selalu hadir da...

Arsip

  • Maret (1)
  • Februari (1)
  • Januari (2)
  • Desember (1)
  • November (1)
  • Oktober (5)
  • September (7)
  • Agustus (11)

Berlangganan Artikel

Advertisement

Copyright © 2021 Ulas Bahasa. Created by OddThemes