Fungsi Tanda Koma, Mencegah Kanibalisme dan Aniaya - Ulas Bahasa -->

Fungsi Tanda Koma, Mencegah Kanibalisme dan Aniaya

Post a Comment

Fungsi tanda koma amat vital dalam bahasa Indonesia. Dalam beberapa kasus, tanda koma bisa mencegah kejahatan seperti kanibalisme dan penganiayaan.

fungsi tanda koma

Siang ini, Jaka mengajak dua temannya, Bandu dan Yoga, makan siang di warung langganan mereka. Mereka bertiga memang sobat kental yang kerap beraktivitas bersama.

Saat datang pelayan warung menyajikan makanan favorit masing-masing, wajah ketiga sahabat yang selalu tampak gembira itu pun semakin ceria.

Tiba-tiba saja Bandu berseru, “Ayo makan Jaka!”

Silakan baca artikel tentang kalimat yang bisa membunuh manusia.

Wajah Jaka mendadak memerah. Ronanya menunjukkan rasa bimbang, antara marah dan heran.

“Apa maksudmu, Bandu? Kamu mau cari gara-gara?” Jaka terlihat murka mendengar ucapan Bandu.

Bandu tidak bisa menerima omongan Jaka. Ia balas mengatakan, “Ada apa kau ini? Aku mengajak kau makan secara baik-baik. Kau malah marah-marah sama aku!”

Acara makan siang tiga sahabat yang diharapkan berlangsung akrab mendadak berubah kacau. Mengapa bisa terjadi demikian?

Ketika Tanda Koma Menyelamatkan Nyawa

Yoga yang duduk di samping Jaka tampak berusaha bersikap wajar saja. Ia tidak terpancing oleh provokasi yang terlontar dari mulut Bandu.

Di antara ketiga sahabat itu, Yoga memang berpembawaan paling kalem. Dengan kesabarannya, ia berusaha menengahi perseteruan kedua karibnya.

“Ini masalah tanda koma saja,” kata Yoga memulai upayanya mendamaikan Jaka dan Bandu.

Wajah Jaka dan Bandu bengong mendengar ucapan Yoga. Terlihat sekali mereka tidak paham maksud perkataan Yoga.

“Kamu jangan main-main, Yog! Bandu mau melahap aku dan kamu bicara soal tanda koma?” Jaka tampak makin pitam.

Apa-apaan kau ini? Ini kawan lagi berkelahi kau malah membahas pelajaran bahasa Indonesia.” Bandu pun ikut-ikutan geram.

“Sabar, teman-teman. Aku sedang berusaha mendamaikan kalian.”

Jaka dan Bandu tetap tidak mengubah raut yang terus merengut.

“Coba kamu ulangi kata-katamu tadi,” kata Yoga kepada Bandu, “tapi, kasih jeda sejenak di antara ‘makan’ dan ‘Jaka’, ya.”

Meskipun masih belum mengerti, Bandu mengikuti saja permintaan sobatnya. Dalam hati, Bandu mengakui bahwa Yoga kerap membantu menyelesaikan persoalan yang dialaminya secara tak terduga.

“Ayo makan, Jaka.”

Silakan baca juga tulisan yang membahas fungsi imbuhan dalam bahasa Indonesia.

Mendengar ucapan teman dekatnya, seketika Jaka mengelus dada. Ia seperti baru tersadar dari sesuatu yang bikin malu.

“Oh, kamu ngajak aku makan, ya, Ndu. Kirain, kamu menjelma manusia serigala yang suka memangsa manusia.”

Jaka melempar senyum kepada Bandu, dan Bandu membalasnya dengan tawa lebar. Yoga menyaksikan pemandangan mengharukan itu dengan mata berkaca-kaca.

Untung, ada tanda koma. Kalau tidak, bisa terjadi aksi kanibalisme antara dua orang yang telah bersahabat lama.

Lantaran Tanda Koma, Urung Terjadi Aniaya

Suatu sore di lapangan sebelah Balai Desa, anak-anak remaja tengah bermain bola. Seperti biasa, mereka memainkan si kulit bundar dengan perlengkapan seadanya.

Dalam sebuah momen, Rido menjegal kaki Egi hingga anak itu terkapar. Toriq yang bertindak selaku wasit segera meniup peluit dan memberikan tendangan bebas bagi tim Kampung Sukabola yang dibela Egi.

Belum sempat Abimanyu, pemain andalan Kampung Sukabola, melakukan tendangan bebas, mendadak terdengar teriakan seseorang di pinggir lapangan.

“Cepat tendang Egi!”

Teriakan penonton itu memancing keributan di tengah lapangan. Egi terlihat murka.

Penyerang haus gol itu berusaha mengejar penonton yang barusan berteriak. Namun, upayanya dicegah oleh teman-temannya.

Dalam kemarahan yang memuncak, Egi memprotes tindakan rekan-rekan setimnya. Tampaknya, ia sangat tersinggung mendengar ucapan si penonton.

Pada saat genting, Toriq menunjukkan kharismanya. Ia mengajak bicara Egi dengan nada bicara yang menyejukkan.

“Sudahlah, jangan memperpanjang masalah,” ucap sang wasit, “keributan ini terjadi hanya karena tidak ada tanda koma.”

Para pemain yang berkerumun tampak kebingungan mendengar ucapan Toriq. Mereka tidak mengerti maksud perkataan sang pengadil pertandingan.

Toriq pun memanggil penonton yang tadi berteriak. Egi heran, penonton yang dikiranya pendukung tim lawan, ternyata teman sekampung yang selalu mendukungnya dengan segenap daya.

Setelah si penonton mendekat, Toriq memintanya untuk mengulangi ucapannya yang nyaris membuat kerusuhan di lapangan.

“Coba istirahat sebentar di antara kata ‘tendang’ dan ‘Egi’,” kata Toriq memberi penjelasan kepada si penonton. Dengan agak bimbang, penonton itu mengikuti arahan wasit.

“Cepat tendang, Egi!”

Mendengar kalimat itu, mimik Egi yang semula beringas mendadak berubah menjadi ramah. Rupanya, penonton itu menginginkan Egi, pemain pujaannya, untuk mengambil tendangan bebas.

Dengan tersipu malu, Egi menghampiri pendukung fanatiknya itu dan memeluknya sembari berkata, “Aku minta maaf, ya. Tadi salah paham saja.”

Wah, ternyata fungsi tanda koma tak bisa dipandang sebelah mata. Ketika tanda koma absen, bakal muncul potensi masalah, Egi bisa menjadi korban penganiayaan.

Fungsi Tanda Koma

Dalam dua contoh di atas, kita bisa mengetahui salah satu fungsi tanda koma adalah untuk menghindari salah pengertian. Hal ini sesuai dengan aturan penggunaan tanda koma (,) yang tertuang dalam Ejaan yang Disempurnakan Edisi Kelima.

Selain fungsi itu, terdapat beberapa aturan penggunaan tanda koma sesuai EYD V, yaitu

 1.     digunakan dalam perincian, yakni ditempatkan di antara unsur-unsurnya,

2.     dipakai sebelum kata penghubung dalam kalimat majemuk pertentangan,

3.     untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat,

Silakan baca juga ulasan mengenai penulisan gabungan kata

4.     diletakkan di belakang ungkapan penghubung antarkalimat,

5.     digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru,

6.     untuk memisahkan petikan langsung dengan bagian kalimat yang lain, jika petikan langsung itu tidak diakhiri tanda tanya atau tanda seru,

7.     dipakai dalam penulisan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan,

8.     digunakan dalam penulisan surat, meliputi salam pembuka, salam penutup, dan nama jabatan penanda tangan surat,

9.     untuk memisahkan nama orang dan gelar akademis yang disandangnya,

10. digunakan dalam penulisan angka desimal dan nominal uang, dan

11. untuk mengapit keterangan tambahan dalam sebuah kalimat.

Nah, mengingat fungsi tanda koma sepenting itu, tentu keberadaannya tak bisa kita abaikan begitu saja.

Artikel Terkait

Post a Comment