Gengsi, dari Kehormatan Menuju Penampilan - Ulas Bahasa -->

iklan display horizontal

Gengsi, dari Kehormatan Menuju Penampilan

Post a Comment

Gengsi menjelma sebagai penentu perilaku sosial, gaya hidup, dan bahkan pengambilan keputusan finansial. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

arti gengsi

Kini, gengsi telah berubah. Ia bukan lagi gengsi yang dulu.

Sebelum dunia dikuasai media sosial, kata gengsi lebih sering dikaitkan dengan masalah kehormatan.

Hal-hal yang kerap “beriringan” dengan kata gengsi antara lain kedudukan, pangkat, kendaraan, hunian, dan lain-lain. Itu dulu. 

Memangnya sekarang gimana?

Sekarang, kata gengsi seakan-akan melekat pada gawai (smartphone, terutama yang ber-spek tinggi dan berharga mahal), fashion, restoran atau kafe yang ada rooftop-nya, atau tempat-tempat staycation.

Sebenarnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyajikan tiga makna untuk kata gengsi. Makna pertama adalah ‘sanak keluarga atau asal turunan’. Makna kedua gengsi adalah ‘kehormatan dan pengaruh; harga diri; martabat’. Sementara itu, makna ketiganya adalah 'tidak mau melakukan sesuatu untuk menjaga martabat atau harga diri'.

Kita hampir tidak pernah mendengar orang menyebut kata gengsi dengan makna pertama. Kata gengsi yang beredar di masyarakat hampir selalu dikaitkan dengan maknanya yang kedua. Sementara, makna ketiga masih berkaitan dengan makna kedua.

Pergeseran Makna Kata Gengsi

Kata gengsi memang telah mengalami pergeseran makna. Pada zaman manual, kata ini banyak dihubungkan dengan kehormatan keluarga dan status sosial secara tradisional. Ketika dunia memasuki era yang serba digital, kata ini lebih sering merasuk ke urusan gaya hidup dan penampilan.

Kini, kata gengsi dipandang sebagai “lawan” kata kebutuhan. Orang membeli barang mewah bukan karena membutuhkannya, melainkan demi gengsi semata. Itulah contohnya.

Misalnya, ketika Rosi menyinyiri Donna lantaran rekan kerjanya itu membeli iPhone seri terbaru.

“Ah, itu kan karena gengsi aja,” kata Rosi, tentu saja sembari memalingkan muka agar matanya tidak tertuju ke barang yang bikin sakit hati itu.

Panggung Pertunjukan Gengsi Bernama Media Sosial

Gengsi semakin mendapatkan kedudukan penting di tengah masyarakat yang dilanda demam media sosial. TikTok, Instagram, dan platform-platform lainnya menyediakan panggung besar untuk menampilkan “gengsi”.

Kita tentu mafhum saat menyaksikan kontes gengsi nongol di beranda media sosial kita. Berbagai “kehidupan sempurna” ditayangkan di sana. Tak jarang terasa kontras dengan kehidupan yang nyata-nyata terhidang di depan mata.

Konon, banyak orang rela membelanjakan sebagian besar uang mereka untuk membeli gengsi. Maka, kemudian banyak terjadi peristiwa tak masuk akal. Usai pesta pernikahan besar-besaran, seminggu kemudian bermain kucing-kucingan dengan penagih utang.

Kehormatan telah tenggelam lantaran digantikan oleh gaya hidup semu. Begitulah gengsi memainkan perannya.

Newest Older

Artikel Terkait

Post a Comment