Saya mendapatkan setidaknya 3 manfaat menulis kosakata langka.
Menorehkan sejumlah kosakata yang jarang mengemuka telah menimbulkan sensasi
tersendiri.
Mula-mula saya menemukan beberapa orang penulis yang gemar menggunakan kosakata “aneh” yang jarang muncul ke permukaan dalam tulisan-tulisan mereka. Ungkapan-ungkapan seperti takzim, galib, anggit, sawala, dan masih banyak lagi kata-kata unik lainnya tak banyak beredar di media. Saya sangat menikmati tulisan-tulisan bertabur istilah-istilah “ganjil” semacam itu.
Memang materi dan teknis penyajian yang disampaikannya cukup bagus hingga bikin saya betah berlama-lama menelusuri artikelnya hingga pungkasan. Namun, selain itu, saya tetap merasakan adanya tambahan keasyikan ketika mendapati kata-kata “baru” yang ditampilkan sang penulis. Saya terpikat akan daya tarik kosakata yang jarang nongol di media.
Karya-karya para penulis itu telah menginspirasi saya. Dalam setiap kali kesempatan menulis, saya ikut-ikutan mencoba pelbagai variasi kosakata. Saya juga berupaya memunculkan kosakata yang jarang digunakan oleh kebanyakan penulis lain. Tentunya sepanjang kosakata itu memang sesuai dengan konteks kalimat yang sedang saya tulis.
Baca juga: Maaf, KamiTak Pantas Meneladani Guru
Sensasi Menggunakan Kosakata Langka
Saya merasakan sensasi tersendiri ketika bisa menggunakan kosakata yang tak banyak beredar, baik di jagat maya maupun di dunia nyata. Sebetulnya tidak selalu bersifat ideal alasan saya melakukan hal itu, semacam mengembangkan kosakata bahasa Indonesia gitu.
Adakalanya hanya karena ingin menikmati perasaan yang gimana gitu. Setelah menuliskan kata-kata langka itu, rasanya saya sudah punya andil memopulerkan sebuah atau beberapa buah kosakata yang “tak laku”.
Berikut ini contoh beberapa kosakata yang menurut saya jarang muncul di media massa atau blog.
Contoh pertama, kata ganjil. Kata ganjil memang bisa dimaknai sebagai lawan kata genap dalam kaitan dengan angka. Namun, dalam pengertian yang lain, kata ini bisa berperan menggantikan kata-kata yang lebih umum digunakan seperti kata-kata aneh dan ajaib.
Untuk menggambarkan kondisi tidak biasa, saya kerap menggunakan kata ganjil selain aneh dan ajaib. Padahal, Kamus Tesaurus menyediakan banyak sekali kata yang semakna dengan ketiga kata tersebut. Saya sebut beberapa di antaranya: asing, garib, dan nadir.
Yang kedua, kata-kata selesai, usai, rampung, beres dan tuntas bermakna serupa. Lima kata masih kurang? Nih, bisa ditambah lagi dengan kata-kata kelar dan tamam.
Ketiga, kata selalu dan senantiasa. Kedua kata ini bisa saling menggantikan. Jika belum puas menggunakan keduanya, ada lagi sinonim yang lain, yakni nyalar.
Selain ketiga contoh di atas, masih banyak lagi kata-kata bersinonim yang bisa kita gunakan untuk men-cetar-kan tulisan. Bila deretan sinonim yang terdaftar dalam Kamus Tesaurus masih belum mencukupi kebutuhan, kita juga dapat membuat variasi lain menggunakan lawan kata ditambah kata tidak di depannya. Misalnya kata sering bisa diganti dengan frasa tidak jarang.
Mendapatkan Kosakata Langka
Biasanya saya memanfaatkan Kamus Tesaurus bahasa Indonesia untuk mencari sinonim dan kata-kata unik. Setelah itu, bila diperlukan, saya akan menguji ketepatan sebuah kata dalam menggantikan kata lainnya menggunakan KamusBesar Bahasa Indonesia (KBBI).
Jika hasil penelusuran saya menunjukkan bahwa kata itu memang cocok dengan konteks kalimat, saya akan dengan senang hati mencantumkannya sebagai bagian dari tulisan saya. Namun bila penggunaan kosakata itu terkesan terlalu dipaksakan hanya demi “menyelamatkan” kosakata yang dikhawatirkan punah, tentu saja saya enggan melakukannya.
Jadi, tujuan mempercantik tulisan sudah pasti tidak boleh merusak makna tulisan itu sendiri. Bagaimanapun, tujuan menulis (maunya) untuk menyampaikan informasi atau pendapat . Sedangkan “kecantikan” tulisan adalah sarana tambahan untuk menarik minat (calon) pembaca.
Baca juga: “MenghembuskanNafas”, Dua Kesalahan dalam Satu Ungkapan
Manfaat Menulis dengan Kosakata Langka
Saya mencatat, menuliskan kata-kata unik dalam karya-karya kita bisa mennghadirkan sedikitnya 3 manfaat.
1. Manfaat pertama langsung saya rasakan sendiri. Saya merasa diri menjadi spesial karena telah tampil beda dengan tulisan-tulisan berhiaskan kosakata “asing” ketimbang muter-muter dengan kosakata biasa-biasa saja.
Saya berharap penggunaan kosakata yang jarang muncul ini bisa menjadi salah satu ciri khas tulisan-tulisan saya. Meskipun tentu saja saya tidak sendirian dalam hal ini. Telah banyak penulis-penulis yang mendahului saya.
2. Faedah kedua, (mudah-mudahan) tulisan saya tidak membikin bosan pembaca. Saya berharap karya-karya saya yang di dalamnya terselip satu atau beberapa koasakata “ganjil” membuat tulisan saya lebih menarik di mata pembaca. Setidaknya tingkat membosankannya tak setinggi tulisan-tulisan saya yang tak mengandung kata-kata istimewa di dalamnya.
Dalam hal ini, saya tentu menyadari bahwa penggunaan kosakata yang bervariasi bukan faktor utama yang membuat tulisan menjadi menarik dan berharga. Tentunya materi tulisan itu sendiri yang menjadi unsur penentu baik atau buruknya sebuah hasil karya.
Dengan menyadari bahwa tema dan isi tulisan saya tidak memiliki kesanggupan untuk disejajarkan dengan karya-karya orang lain, saya mencari cara lain memoles tulisan-tulisan saya agar tampak tidak terlalu buruk di mata pembaca. Dan salah satu cara yang saya lakukan adalah dengan membuat corak kosakata yang berbeda.
3. Yang terakhir, saya menduga-duga belaka. Barangkali pembaca yang lebih memahami bidang ini bisa memberikan penjelasan yang lebih masuk akal.
Manfaat yang saya maksud berkaitan dengan dunia kepenulisan di ranah daring, khususnya blogging. Menurut banyak bacaan yang saya pahami, dalam dunia daring peran Search Engine Optimization (SEO) amat penting. Ia bisa menentukan posisi sebuah blog dalam rimba internet yang demikian luas.
Sesuai ilmu saya yang cetek, variasi kosakata berpengaruh positif terhadap kualitas blog dilihat dari kacamata SEO. Saya menduganya berdasarkan sebuah alat (tool) yang menunjukkan bahwa banyaknya pengulangan kata yang sama bisa menurunkan nilai SEO konten.
Memperkaya Penguasaan Kosakata
Oh ya, satu lagi. Sebuah manfaat lain sudah pasti akan mengikuti tatkala kita kerap membuka-buka kamus untuk mencari padanan kata. Dengan sering menuliskan kata-kata yang jarang digunakan, secara otomatis kita akan semakin memahami kosakata dimaksud. Dan selanjutnya, perbendaharaan kosakata kita akan terus bertambah.
Nah, dengan berbagai manfaat itu, saya semakin bersemangat menggali potensi-potensi kosakata yang masih ngumpet di kamus. Karena sering membuka-buka KBBI dan Kamus Tesaurus, saya juga semakin mengenal perangkat penunjang bahasa Indonesia itu. Ternyata banyak sekali kosakata yang terdaftar dalam kedua perangkat itu yang jarang menghias media.
Namun, penggunaan kata-kata yang tampak serupa, tidak selalu bisa saling menggantikan. Kadang-kadang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Maka, bila kita tidak berhati-hati, kita bisa terjebak pada penggunaan kata yang kurang tepat.
Sebut misalnya kata hampir dan nyaris. Sekilas kedua kata itu tampak sebagai sinonim yang bisa saling menggantikan. Padahal jika kita amati lebih dalam, terdapat perbedaan fungsi di antara keduanya.
Kata hampir bersifat netral karena bisa diterapkan dalam kalimat yang bernada positif maupun negatif. Sementara itu, kata nyaris lebih mengarah pada keadaan negatif (tidak menyenangkan) semacam bencana.
Terakhir, saya memiliki sebuah harapan. Semoga dengan menggunakan variasi kosakata, terutama kosakata yang jarang digunakan, pembaca semakin menyukai tulisan-tulisan saya.
Selain itu, saya juga berharap bisa turut andil mengembangkan bahasa Indonesia melalui upaya menghidupkan kembali sekian banyak kosakata yang nyaris punah. Senyampang kita masih berada di Bulan Bahasa dan Sastra.